we

zwani.com myspace graphic comments
www.TwitterBackgrounds.org
SELAMAT DATANG DI BLOG NUR SETYA WATY

Rabu, 24 Desember 2014

Manfaat Madu

7 Manfaat Madu untuk Kesehatan

Selama ribuan tahun madu digunakan dalam berbagai pengobatan. Al Quran dari sejak 1.400 tahun lalu menyatakan:
“Dan Tuhanmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia (peternakan lebah). Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. [QS. An-Nahl: 68-69]
Sebelum antibiotik ditemukan di tahun 1930-an, madu masih digunakan dalam perawatan berbagai penyakit. Dengan beralihnya manusia ke pengobatan modern, madu kian tersisih perannya. Belakangan ini ketika banyak bakteri menjadi resisten terhadap obat-obatan, banyak orang “kembali ke alam” dengan memanfaatkan madu dalam pengobatan.
Apa saja khasiat madu? Berikut adalah 7 manfaat madu bagi kesehatan:

1. Obat luka dan borok.

Madu selama berabad-abad telah digunakan untuk perawatan luka dan borok. Madu berisi glukosa dan enzim yang disebut oksidase glukosa. Pada kondisi yang tepat, oksidase glukosa dapat memecah glukosa madu menjadi hidrogen peroksida, zat yang bersifat antiseptik kuat. Madu dalam kemasan tidak dapat melakukan reaksi ini. Untuk menjadi aktif dan mengurai glukosa madu, oksidase glukosa memerlukan lingkungan dengan pH 5,5-8,0 dan natrium. PH madu murni yang berkisar antara 3,2 dan 4,5 terlalu rendah untuk mengaktifkan enzim. Kulit dan cairan tubuh (misalnya darah) memiliki pH relatif tinggi dan mengandung natrium sehingga memberikan kondisi yang tepat untuk pembentukan hidrogen peroksida.

2. Merangsang pertumbuhan jaringan

Propolis, enzim, dan serbuk sari, vitamin dan mineral dalam madu dapat merangsang pertumbuhan jaringan baru. Bila digunakan pada luka bakar, madu akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi jumlah jaringan parut.

3. Menghaluskan kulit

Asam glukonat dan asam organik ringan lainnya yang terdapat dalam madu dapat melonggarkan ikatan sel-sel kulit mati sehingga mempercepat regenerasi, mengurangi keriput dan garis penuaan, menyeimbangkan minyak, dan meningkatkan elastisitas kulit. Madu juga mengandung gula dan asam amino yang membantu mempertahankan kelembaban kulit.
Nilai Gizi Madu per 100 g
Energi304 kcal
Karbohidrat82.4 g
Gula82.12 g
Serat0.2 g
Lemak0 g
Protein0.3 g
Air17.10 g
Riboflavin (Vit. B2)0.038 mg (3%)
Niacin (Vit. B3)0.121 mg (1%)
Asam Pantotenat (Vit. B5)0.068 mg (1%)
Vitamin B60.024 mg (2%)
Folat (Vit. B9)2 mg (1%)
Vitamin C0.5 mg (1%)
Kalsium6 mg (1%)
Besi0.42 mg (3%)
Magnesium2 mg (1%)
Fosfor4 mg (1%)
Potasium52 mg (1%)
Sodium4 mg (0%)
Zinc0.22 mg (2%)

5. Antioksidan kuat

Madu memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi sehingga menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Bahkan, antioksidan yang disebut “pinocembrin” hanya ditemukan dalam madu. Hal ini membuat tubuh Anda lebih sehat, terhindar dari penyakit dan terlihat lebih awet muda.

6. Menurunkan glukosa dan kolesterol darah

Meskipun lebih manis dari gula, madu memiliki indeks glikemik rendah karena diserap ke dalam aliran darah secara bertahap. Anda yang memiliki diabetes harus mengurangi makanan berindeks glisemik tinggi karena akan mendorong lonjakan glukosa darah.
Madu adalah alternatif pemanis yang paling aman dibandingkan gula atau gula sintetis. Beberapa penelitian bahkan menduga madu dapat menurunkan glukosa darah. Mineral dan vitamin alami dalam madu juga membantu menurunkan kadar LDL (kolesterol buruk) dalam tubuh.

7. Meringankan penyakit pernafasan

Madu sangat efektif untuk penyakit pernapasan. Sebuah studi di Bulgaria pada hampir 18.000 pasien menemukan bahwa madu membantu mengatasi bronkitis kronis, bronkitis asma, rinitis kronis, alergi dan sinusitis. Madu adalah obat yang efektif untuk pilek, flu, dan infeksi pernapasan.
Selain ketujuh manfaat di atas, madu secara keseluruhan sangat baik untuk Anda karena mengandung banyak sekali vitamin dan mineral (lihat tabel). Madu berwarna gelap mengandung jumlah nutrisi yang lebih tinggi daripada yang berwarna lebih terang. Sebaliknya, gula pasir tidak memiliki nutrisi atau antioksidan sama sekali. Jadi, mengganti gula dengan madu sebagai pemanis memiliki banyak keuntungan.

Manfaat Daun Pepaya

Manfaat Daun Pepaya:

Manfaat pepaya untuk kesehatan hampir tak terhitung, mulai dari daun, bunga, biji, akar, getah dan kulitnya.

Bagian dari buah pepaya yang paling banyak memberi manfaat adalah daun pepaya itu sendiri.

Beberapa manfaat daun pepaya  yang harus anda ketahui diantaranya.

1. Bermanfaat sebagai penyembuh penyalit demam  berdarah. Cara menggunakan daun pepaya  sebagai obat demam berdarah yaitu dengan merebus 5 lembar daun pepaya atu secukupnya saja kemudian direbus dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas saja. Sebaiknya jangan berlebihan dalam mengonsumsi daun pepaya ini kecuali jika sudah dalam tahap mengkhawatirkan.

2. Bermanfaat sebagai peredam nyeri haid. Bila  nyeri haid terasa sangat mengganggu sebaik nya gunakan ini. Caranya, 1 lembar daun pepaya, asam jawa, garam secukupnya dan air dicampurkan dan direbus hingga matang. Untuk khasiat yang lebih baik sebaiknya diminum selagi hangat.

3. Bermanfaat untuk mempelancar pencernaan. Kandungan dalam daun pepaya yang dinamakan karpain sangat baik untuk saluran pencernaan kita karena karpainlah yang membantu membunuh mikroorganisme yang mengganggu dalam pencernaan kita.

4. Berfungsi sebagai masker anti jerawat. Cara menggunakannya terlebih dahulu daun pepaya harus dikeringkan kemudian dilumatkandan dicampur dengan air baru kemudian diusapkan ke wajah seperti halnya dengan masker pada umummnya.

5. Berguna melunatkan daging. Jika ingin memasak daging sebaiknya gunakan daun pepaya dagingnya menjadi empuk dan enak saat dikunyah. Caranya, hancurkan daun pepaya yang masih basah dan campurkan kedalam daging yang telah diiris -iris, tapi jangan terlalu banyak karena rasa pahit dari daun pepaya tersebut bisa membuat daging memjadi tidak enak dimakan.

Sabtu, 10 Mei 2014

PENJUALAN BERAS GILING Hub. 08125544249


NGADENAN
KETUA KELOMPOK TANI
SRI PUNGGUR LESTARI

MENYEDIAKAN BERAS GILING LOKAL, TIDAK MENGANDUNG BAHAN PENGAWET DAN JUGA TIDAK MENGGUNAKAN BAHAN PEMUTIH.

DI JAMIN ALAMI 100%.

KHUSUSNYA BAGI KOTA TANJUNG SELOR YANG BERMINAT
LANGSUNG SAJA DATANG KE SABANAR BARU RT. 2 RW. 1 JALAN PADAT KARYA DI TEPI SUNGAI.

No. Hp : 08125544249




Kamis, 16 Januari 2014

Proposal Penelitian Suku Jawa

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
             Bahasa Indonesia adalah salah satu bangsa yang majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku atau etnik yang tersebar di tanah air. Tiap etnik mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi baik sesama etnis maupun antaretnik. Bahasa merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya. Jadi, bahasa senantiasa perlu dibina, dikembangkan, dilestarikan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. Bahasa Ibu atau bahasa daerah tak yang tak kalah pentingnya juga dengan bahasa Indonesia.
            “Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Itu merupakan tuturan yang telah dikemukakan Kridalaksana (1983, dan juga dalam Djoko Kentjono 1982). Masalah lain yang berkenaan dengan pengertian bahasa adalah bilamana sebuah tuturan disebut bahasa, yang berbeda dengan yang lainnya dan bilamana hanya hanya dianggap sebagai variasi dari suatu bahasa. Oleh karena itu, meskipun bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena rumitnya menentukan suatu bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini. Begitu juga dengan jumlah bahasa yang ada di Indonesia.
              Bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di dalam lingkungan suku. Bahasa daerah dianggap sebagai suatu bagian kekayaan kebudayaan Indonesia yang harus dipelihara dan dilestarikan, karena bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting : (1) sebagai lambang daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) sarana penghubung antar keluarga, dan (sarana perkembangan serta pendukung kebudayaan daerah. Oleh karena itu, usaha pengembangan dan pembinaan bahasa daerah perlu di tingkatkan agar peranan bahasa daerah dalam masyarakat Indonesia tetap bertahan, termasuk bahasa jawa di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru RT.2 kabupaten Tarakan Provinsi Kalimantan Timur.
Bahasa daerah yang saya teliti ini adalah bahasa Jawa setandar yang digunakan di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru RT.2 kabupaten Tarakan Provinsi Kalimantan Timur. Bahasa setandar ini bahasa yang sering digunakan sehari-hari kepada sesama masyarakat yang bersuku Jawa. Saya memilih judul “Dialektologi Bahasa Jawa Setandar di Kampung 6 Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan” sebab di daerah kampong 6 penduduknya sebagian besar pendatang dari berbagai pulau jawa, ada yang dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, oleh sebab itu penelitian saya berjudul Dialektologi Bahasa Jawa Setandar.
Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi masyarakat Suku Jawa. Dalam kehidupan masyarakat tersebut, dapat ditemukan adanya pemakaian Bahasa Jawa secara tertulis sebagai sarana komunikasi. Namun, yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah pemakaian Bahasa Jawa secara lisan (Nurhayati dan Mulyani, 2006:1).
Berdasarkan uraian di atas, penulis sebagai generasi muda Suku Jawa merasa tertarik untuk meneliti Dialektologi Bahasa Jawa khususnya di Kampung 6 Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan. Oleh karena itu, proposal penelitian ini diberi judul Dialektologi Bahasa Jawa Setandar Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengangkat judul dialektologi Bahasa Jawa Setandar yang digunakan di Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan.

C.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas memiliki tujuan, agar para pembaca mampu mengetahui bahasa jawa setandar yang di gunakan Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan. Khususnya untuk para pembaca yang di luar dari Suku Jawa.

D.     Manfaat Penelitian
Sebagai pengetahuan bagi masyarakat lain atau suku lain yang berada di Kalimantan Timur.

E.     Sistematika Penulisan
Penulisan ini disusun dengan memakai sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan  penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II  Landasan Teori: meliputi pengertian dialektologi, linguistik, bahasa,  variasi bahasa Jawa.
BAB III Metode penelitian, meliputi subjek penelitian, jenis penelitian, data penelitian, sampel (sumber data), teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan waktu dan tempat penelitian.
BAB IV  Analisis data dan hasil penelitian, meliputi penyajian data, analisis data dan hasil penelitian tentang dialek yang digunakan oleh masyarakat kampong 6 jl. Gn. Semeru Tarakan.
BAB V    Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
      LAMPIRAN





BAB II
LANDASAN TEORI



A.    Dialektologi
Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi serta bahasa, hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana dalam Chaer dan Agustina, 2004:3). Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur ini saling berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat (Fishman dalam Chaer dan Agustina, 2004:3). Sedangkan, menurut J. A Fishman, Sosiolinguistik adalah bidang ilmu yang meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku sosial.
Dialektologi merupakan ilmu tentang dialek; atau cabang dari linguistik yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai struktur yang utuh (Kridalaksana, 2001:42). Dialektologi disebut pula variasi bahasa berdasarkan geografi, serta ilmu yang membanding-bandingkan bahasa-bahasa yang masih serumpun untuk mencari titik persamaan dan titik perbedaanya (Pateda, 1988: 51).
Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (KBBI Edisi Empat). Bahasa juga merupakan salah satu ciri paling khas yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain. 
Pada saat Seseorang berkomunikasi dengan oranng lain, tentunya ia akan berusaha memahami respon yang diberikan. Kemudia ia akan mereaksi dengan pikiran dan perasaan. Perilaku ini terus menerus dibentuk oleh respon internal dalam dirinya sendiri terhadap sesuatu yang dilihat dan disimak. Artinya, hanya dengan memperhatikan orang lain ia akan mempunyai gagasan tentang apa yang hendak ia katakan atau ia lakukan sebagai respon terhadap orang lain itu. Tentunya komunikasi akan merespon perilakunya dengan cara yang sama.
Seseorang akan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa, yang didalamnya berupa kata-kata dengan kualitas suara, badan, isyarat dan raut muka (ekspresi). Dengan demikian, komunikasi menyangkut suatu pesan yang mengalir dari satu orang ke orang lain dengan menggunakan bahsa, baik bahsa lisan, bahsa tubuh, atau bahasa lain yang pada dasarnya menyampaikan suatu pesan kepada orang lain.  

B.     Tingkat Tutur Dalam Bahasa Jawa
1.      Tingkat Tutur Ngoko
Tingkat tutur ngoko merupakan ciri khas bahasa Jawa. Tingkat tutur ini digunakan oleh semua penutur tanpa melihat status seseorang. Penggunaan tingkat tutur ngoko ini bertujuan untuk keakraban tanpa mengurangi rasa hormat kepada seseorang. Tingkat tutur ngoko ini menunjukkan kesederajatan para penutur. Dengan kata lain tingkat tutur ngoko bersifat egaliter (bersifat sama / sederajat).

2.      Tingkat Tutur Krama
Tingkat tutur krama adalah tingkat yang mencerminkan arti penuh sopan santun. Tingkat ini menandakan adanya perasaan segan seseorang terhadap orang lain, karena orang lain tersebut merupakan orang yang belum dikenal, atau berpangkat atau priyayi, berwibawa, dan lain-lain. Dengan kata lain, tingkat tutur krama digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada diri orang yang ditunjuk. Tidak semua penutur menguasai tingkat tutur ini dengan baik. Hanya penutur tertentu yang mempu menggunakannya. Pengguna tingkat tutur krama biasanya orang-orang yang berpendidikan atau yang mempunyai jabatan-jabatan tertentu, seperti guru, kepala desa, para pamong, ketua RT, dan ulama. Tingkat tutur krama biasanya digunakan pada forum-forum resmi, seperti upacara pernikahan, upacara kematian, dan rapat RT.

3.      Tingkat Tutur Madya
Tingkat tutur madya adalah tingkat tutur menengah antara krama dan ngoko. Hal ini digunakan untuk menunjukkan perasaan sopan yang sedang-sedang saja. Tingkat tutur ini banyak sekali digunakan oleh penutur. Selain bertujuan untuk keakraban juga untuk memberikan rasa hormat terhadap orang yang diajak bicara. Pembentukan tingkat tutur ini ditandai oleh penggunaan kata-kata yang tidak lengkap dan kata tugas.

Bahasa yang sering digunakan dalam penutur kampung 6 Jl. Gn. Semeru Rt. 2 Tarakan adalah tingkat tutur ngoko, karena dimana masyarakat yang tinggal di Kampung 6 adalah kebanyakan transmigrasi, jadi bahasa yang meraka gunakan bahasa yang setandar di jumpai di bahasa Jawa yang lainnya.





BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian atau pokok pokok bahasan pada proposal penelitian ini adalah dialektologi bahasa jawa setandar yang digunakan di masyarakat  kampong 6 Jl. Gn. Semeru RT. 2 Tarakan.

B.     Jenis Penelitian 
            Penelitian ini tergolong penelitian lapangan. Karena peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan masalah penelitian di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru Rt. 2 Tarakan.

C.    Data Penelitian
              Data adalah keterangan yang benar dan nyata yang berhubungan dengan nilai budaya dan dapat dijadikan dasar kajian. Data yang digunakan dalam penelitian adalah, data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari objeknya.

D.    Sampel (sumber data)
        Sampel (sumber data) yang digunakan penulis adalah sumber buku, internet dan sumber yang di ambil dari masyarakat yang ber suku jawa di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru Rt.2 Tarakan.
E.     Teknik Pengumpulan Data
                         Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah (1) observasi, (2) perekaman dan (3) pencatatan . Teknik observasi dipandang efektif untuk mencatat fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Observasi dilakukan peneliti secara bertahap. Tahap pertama peneliti mencari tempat dimana beberapa masyarakat jombang berkumpul setelah itu mendengarkan mereka berdialog. Langkah selanjutnya ialah merekam dialog yang dilakukan oleh beberapa masyarakat, dengan menggunakan alat perekam berupa hand phone, disamping merekam peneliti juga mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan idiolek  yang ada dalam percakapan tersebut. Setelah itu data yang berupa rekaman tersebut ditranskripsikan kedalam tulisan sekaligus mentabulasi sesuai dengan kategori yang masuk dalam struktur kalimat sekaligus melihat konteks percakapannya.

F.     Teknik Analisis Data
            Teknik analisis data dilakukan dengan cara :
1.   Merekam dialog yang dilakukan oleh beberapa masyarakat
2.   Mentranskripsi rekaman ke bentuk tertulis
3.   Melakukan pencatatan yang sesuai dengan tujuan penelitian serta mengelompokkannya
4.    Menafsirkan seluruh data yang telah dikelompokkan dan mengidentifikasi untuk menemukan kepaduan, kesatuan dan hubungan antara data sehingga diperoleh pemahaman yang utuh tentang bahasa yang di pakai.
5.   Menganalisis struktur kalimat dari masyarakat.

G.    Waktu Penelitian
     Penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan. Adapun perincian waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1.   Pada bulan Mei-Juni 2013 dilakukan persiapan observasi, pengumpulan data  dan  pengolahan data.
2.   Pada bulan JuliAgustusi 2013 dilakukan penyusunan hasil dan skripsi.





 DAFTAR PUSTKA

Chair,Abdul.2007.Linguistik Umum. Jakarta.Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional.KBBI Edisi Empat.2012.Jakarta.Gramedia Pustaka Utama.


Minggu, 17 November 2013

wacana berdasarkan bentuk dan media



BAB 1
PENDAHULUAN

  1. Latar belakang
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, baik  lisan maupun tulisan. Wacana dapat pula diartikan sebagai komunikasi pikiran dengan kata-kata dan  komunikasi secara umum. Wacana bertalian dengan tataran yang beruntun yang diucapkan oleh seorang penutur kepada lawan tutur untuk menyampaikan pesan. Wacana di hasilkan oleh proses komunikasi yang berkesinambungan. Dengan demikian, wacana itu ada karena tindakan tutur atau tindakan perbuatan bahasa.
Dilihat dari posisinya dalam tataran bahasa, wacana merupakan wujud pemakaian bahasa yang melampaui kalimat. Dari sudut keutuhannya, wacana adalah satuan lingual gramatikal wacanalah yang tertinggi atau terbesar. Wacana biasanya terselesaikan dalam karangan yang utuh ( novel, buku, ensiklopedia dan lain-lain ).
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai batasan wacana diatas pengertian wacana adalah satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan atau keruntutan antar bagian (kohesi), keterpaduan (koheren), dan bermakna (meaningful), digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Berdasarkan pengertian tersebut, persyaratan terbentuknya wacana adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran. Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent)
Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis sehingga menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan.

B.     Rumusan masalah
Ada beberapa perumusan masalah yang terdiri dari :
1)      Apakah Pengertian wacana menurut para ahli ?
2)      Apa saja klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya ?
3)      Apa saja klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran ?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas kuliah dari dosen, kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan wacana, klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya dan klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajarannya.

D.    Manfaat
1.      Agar para pembaca mampu mengerti dan memahami pengertian wacana menurut beberapa para ahli.
2.      Agar para pembaca mengetahui klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya.
3.      Agar para pembaca mengetahui klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran.



BAB II
LANDASAN TEORI

A.           Definisi wacana
Menurut Henry Guntur Tarigan dalam Novi,wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat. Memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Selain itu ada pula pendapat James Deese dalam Azwar,  wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana. Sumarlam, dkk ( 2009:15)
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait ) dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu

B.     Definisi Bentuk
Bentuk merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta bidang yang ditempati oleh objek tersebut yaitu ditentukan oleh batas-batas terluarnya namun tidak tergantung pada lokasi(koordinat) dan orientasi(rotasi)-nya terhadap bidang semesta yang ditempati
            Seorang ahli matematika dan statistik dari Inggris, David George Kendall mendefinisikan bentuk sebagai berikut : Bentuk merupakan seluruh informasi geometris yang tidak akan berubah ketika parameter lokasi, skala dan rotasinya diubah.
C.     Definisi Media
     Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim kepenerima pesan                ( pengertian secara umum )
     Menurut Briggs (1977 ) media adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi.
     Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin ( 1980 ) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide sehingga ide  atau gagasan itu sampai pada penerima
Menurut Gagne (1970 ) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis     komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar
Sedangkan Asosiasi Tehknologi dan Komunikasi ( Association of education and comunication technologi /AECT ) di Amerika memberi batasan yaitu media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menjalurkan pesan atau informasi.




BAB III
PEMBAHASAN

A.           Klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya
Klasifikasi wacana berdasarkan bentuk menurut Mulyana (2005) adalah sebagai berikut.
a.       Wacana Naratif
Wacana naratif adalah bentuk wacana yang banyak dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah (Mulyana, 2005:48). Uraiannya cenderung ringkas, bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang. Bentuk wacana naratif umumnya dimulai dengan alenia pembuka isi, dan diakhiri oleh alenia penutup.
b.      Wacana Prosedural
Wacana prosedural adalah rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik unsure-unsurnya karena urgensi unsur terdahulu menjadi landasan unsure yang berikutnya (Sumarlam, 2003: 20). Wacana prosedural digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan (Mulyana, 2005: 48). Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan kegiatan tertentu itu berhasil dengan baik.
c.       Wacana Ekspositori
Wacana ekspositori adalah rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran (Sumarlam, 2003: 21).  Wacana ekspositori bersifat menjelaskan sesuatu secara informati (Mulyana, 2005:49). Bahasa yang digunakan cenderung denotative dan rasional. Termasuk dalam wacana ini adalah ceramah ilmiah, artikel dimedia massa.
d.      Wacana Hartatori
Wacana hartatori digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan (Mulyana, 2005: 49). Sifatnya persuasif, tujuannya ialah mencari pengikut atau penganut agar bersedia melakukan, atau paling tidak menyetujui, pada hal yang disampaikan dalam wacana tersebut. Contoh wacana semacam ini adalah pidato politik, iklan, atau sejenisnya.
e.       Wacana Dramatik
Wacana dramatik adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat mungkin menghindari atau meminimalkan sifat narasi didalamnya (Mulyana, 2005: 50). Contoh teks dramatik adalah scenario film/sinetron, pentas, wayang orang ketoprak, sandiwara, dan sejenisnya.
f.       Wacana Epistoleri
Wacana epistoleri biasa dipergunakan dalam surat-menyurat (Mulyana, 2005: 50). Pada umumnya memiliki bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi kebiasaan atau aturan. Secara keseluruhan, bagian wacana ini diawali oleh alenia pembuka, dilanjutkan bagian isi, dan diakhiri alenia penutup.
g.      Wacana Seremonial
Wacana seremonial adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial (upacara). karena erat kaitanya dengan konteks situasi dan kondisi yang terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak digunakan disembarang waktu (Mulyana, 2005: 50). Inilah bentuk wacana yang dinilai khas dan khusus dalam Bahasa Jawa. Wacana ini umumnya tercipta karena tersedianya konteks sosio-kultural yang melatarbelakanginya. Secara keseluruhan, teks wacana seremonial terdiri dari alenia pembuka, dilanjutkan bagian isi, dan diakhiri penutup. Contoh wacana ini adalah pidato, dalam upacara peringatan hari-hari besar, upacara pernikahan (Jawa: tanggan wacana manten).


B.            Klasifikasi wacana berdasarkan media penyampaiannya
Wacana berdasarkan media penyampaiannya dibedakan menjadi dua yaitu wacana lisan dan wacana tulis.
1.      Wacana tulis
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:52) wacana tulis adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis.
Menurut Mulyana(2005:51-52) wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengertahuan atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia.
Wacana tulis sering dipertukarkan maknanya dengan teks atau naskah. Namun untuk kepentingan bidang kajian wacana yang tampaknya terus berusaha menjadi disiplin ilmu yang mandiri. Kedua istilah tersebut kurang mendapat tempat dalam kajian wacana. Apalagi istilah teks atau naskah tampaknya hanya berorientasi pada huruf sedangkan gambar tidak termasuk didalamnya. Padahal gambar atau lukisan dapat dimasukkan pula kedalam jenis wacana tulis(gambar). Sebagaimana dikatakan Harimurti Kridaklasana(2005:52) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan suatu gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraph atau karangan yang utuh     ( novel, buku, ensiklopedia dan lain-lain ) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:7-8) wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud antara lain :
a.       Sebuah teks atau bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh, misalnya sepucuk surat, sekelumit cerita, sepenggal uraian  ilmiah.
b.      Sebuah alinea merupakan wacana apabila teks hanya teks hanya terdiri atas sebuah alinea, dapat diaanggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi yang utuh.
c.       Sebuah wacana ( khusus bahasa Indonesia) mungkin dapat dibentuk oleh sebuah kalimat majemuk dengan subordinasi dan koordinasi atau system ellipsis.

2.      Wacana lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:55) wacana lisan (spoken discourse) adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan melalui media lisan. Untuk menerima dan memahami wacana  lisan maka sang penerima atau pesapa harus menyimak dan mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi komunikasi secara langsung  antara pembicara dengan pendengar.
Willis Edmonsond (dalam Mulyana 2005: 52), dalam bukunya Spoken Discourse (wacana lisan) secara tidak langsung menyebut bahwa wacana lisan memiliki kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa kelebihan di antaranya ialah:
a.         Bersifat alami (natural) dan langsung
b.         Mengandung unsur-unsur prosodi bahasa (lagu, intonasi)
c.         Memiliki sifat suprasentensial (di atas struktur kalimat)
d.        Berlatar belakang konteks situasional
Bila dicermati dengan sungguh-sungguh, kelebihan-kelebihan tersebut ada dasarnya memang sudah menjadi sifat dan wacana lisan. Sebab di sekeliling wacana lisan, memeng sudah tersedia sejumlah aspek nonlinguistik yang benar-benar tidak tampak secara eksplisit, tetapi ada dan sangat berpengaruh terhadap makna dan keutuhan wacana  itu sendiri.
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:7-8) wacana dengan media komunikasi lisan dapat berwujud antara lain :
a.    Sebuah percakapan atau dialog yang lengkap dari awal sampai akhir, misalnya obrolan di warung kopi
b.    Satu penggalan ikatan percakapan ( rangkaian percakapan yang lengkap, biasanya memuat: gambaran situasi, maksud, rangkaian penggunaan bahasa











BAB IV
PENUTUP


A.    Simpulan
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, baik  lisan maupun tulisan. Wacana dapat pula diartikan sebagai komunikasi pikiran dengan kata-kata dan  komunikasi secara umum. Wacana bertalian dengan tataran yang beruntun yang diucapkan oleh seorang penutur kepada lawan tutur untuk menyampaikan pesan. Wacana di hasilkan oleh proses komunikasi yang berkesinambungan. Dengan demikian, wacana itu ada karena tindakan tutur atau tindakan perbuatan bahasa.
Klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 7 yaitu, wacana naratif, wacana prosedural, wacana ekspositori, wacana hortatori, wacana dramatik, wacana epistoleri, dan wacana seremonial.
Klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu, wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan melalui tulisan sedangkan wacana lisan adalah wacana yang disampaikan secara lisan.

B.     Saran 
Setelah menguraikan permasalahan diatas mengenai bentuk dan media penyampaian wacana, penulis berharap makalah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca.tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi pembaca. Pembaca dapat mempergunakannya untuk menambah wawasan dan pengetahuan.3


DAFTAR PUSTAKA