“MAAF”
Satu
Kata TerakhirKu
Berawal dari pertemuan
singkatku di suatu tempat perpustakaan yang berada di kotaku, saat itu sedang
hujan lebat di sertai guntur yang sangat menakutkanku, entah kenapa kakiku
rasanya ingin melangkah ke sebuah perpustakaan yang berada di sebrang jalan tempat
aku berteduh.
Kakiku pun mulai berjalan untuk
menuju ke perpustakaan tersebut, saatku memasuki perpustakaan itu aku melihat
sesosok laki-laki yang sedang membaca buku, dia adalah Rudi, dia kakak
tingkatku di kampus dia juga idaman para cwe-cwe di kampus apalagi teman-teman
sekelasku mereka sangat mengidolakannya, aku sendiripun bingung kenapa mereka
bisa mengidolakannya, padahal dia nggak terlalu ganteng, dia juga nggak terlalu
pintar, hmmm, apa ya rahasianya ko dia bisa di kejar-kejar sma cwe-cwe,,,??
Aiihhh sudah lah, ngapain juga aku mikirin dia nggak penting ah.
Oh ya, perkenalan dulu kita
ya…??? aku Sinta, aku kuliah di salah satu universitas negri yang cukup
terkenal di kotaku pastinya, aku baru semester 3 mau naik ke semester 4, dan
aku mengambil jurusan keguruan dan kependidikan. Aku anak satu-satunya di
keluargaku, aku lumayan di manja sih, tapi orang tuaku selalu mementingkan
pekerjaannya di bandingkan aku.
Saatku melamunkannya sejenak di
perpustakaan, ternyata dia menatapku dan memberikan senyuman termanisnya, malunya
aku saatku sadar ternyata dari tadi dia tersenyum terhadapku. Akupun
menghampirinya untuk sekedar menyapanya, “Hai kak, sendirian aja kah?” ucapku.
“iya ni, kamu juga sendirian aja kan?” ucap roni. Kamipun ngobrol-ngobrol sambil
menunggu redanya hujan, setelah hujannya reda kamipun beranjak keluar dari
perpustakaan itu, dan beranjak untuk pulang.
Saatku menuggu taksi yang akan
mengantarku pulang tiba-tiba Rudi menghampiri ku dan menawarkan tumpangan
kepadaku, aku pun langsung beranjak naik di motornya dan langsung melaju ke
arah rumahku, saatku sudah sampai di depan rumah akupun tak lupa mengucapkan
terimakasih kepada rudi, rudipun membalasnya dan dia juga meminta nomor HP ku.
***
Setelah pertemuan itu kamipun
tambah dekat, sering jalan bareng, kadang-kadang juga pulang kuliah bareng.
Kurang lebih 3 bulan kami
bersama-sama dia mengutarakan isi hatinya terhadapku di salah satu restoran
yang lumayan mewah dan romantis, akupun menerimanya tanpa rasa ragu sedikitpun
tentangnya, kamipun jadian.
Selang beberapa bulan setelah
kami jadian, kepalaku terasa sakit seakan mau pecah, aku nggak tau apa sebabnya
kenapa bisa tiba-tiba sakit seperti itu. Karna aku di rumah hanya tinggal
bersama bibikku, jadi aku merasa sedih saat aku sakit orang tuaku nggak ada di
sampingku, karena dia lebih mementingkan pekerjaannya yang selalu di nomor
satukan. akupun pergi ke rumah sakit sendirian untuk memeriksa apa yang terjadi
dengan kepalaku, kenapa akhir-akhir ini aku sering pusing.
Satu minggu kemudian aku
kembali lagi ke rumah sakit dimana tempat aku periksa. Dokterpun memberitahuku
kenapa aku? dan sakit apakah aku?, kata dokter aku terkena kangker otak yang
sudah stadium 3, begitu sedih saatku mendengar ucapan dokter itu kalau aku
terkena kangker otak yang sudah stadium 3.
Hari-hariku saat aku divonis
dokter aku harus bisa merasa lebih bahagia dari hari sebelumnya, karena aku
nggak mau terlihat sedih saat di depan teman-temanku dan juga rudi, aku nggak
mau kalau mereka akan mengasihani aku jika mereka tahu penyakitku.
***
Hari
ini orang tuaku pulang, entah berapa hari mereka disini, mereka nggak merasa
kalau memiliki anak yang sangat membutuhkan kasih sayang mereka.
Orangtuaku
pun tiba dirumah, dan aku segera menuruni tangga untuk menyapa dan menyaliminya.
Tiba-tiba saat aku mau duduk bersama kedua orang tuaku kepalaku mulai sakit dan
aku terjatuh pingsan. Akupun sudah tak ingat lagi tentang kejadian di rumah
tadi, saat aku siuman akupun sudah berada di rumah sakit tempat aku biasa
kesitu untuk berobat dll, orangtuaku berada di samping kiri kanan ranjang
tempat tidur rumah sakit, mereka merasa sedih karena mereka tau penyakitku,
apalagi mamaku, dia sangat lah sedih dan selalu meneteskan air matanya saat dia
mau berbicara satu dua kata terhadapku.
Saatku pingsan, dimana orang
tuaku sudah mengetahui kalau aku sudah stadium 4, dimana umurku sudah tidak
lama lagi untuk bisa bersama orang-orang terdekatku dan orang tersayangku.
Aku berpesan kepada orang tuaku
dan juga bibikku, jangan sampai Rudi tahu kalau aku terkena kangker otak yang tak lama lagi aku meninggal. Karena aku
nggak mau melihatnya sedih setelah aku tahu tentang penyakitku ini.
****
Sudah
puas rasanya aku di rumah sakit, aku ingin pulang untuk menikmati hari bebasku
tanpa merasa sakit sedikitpun, akupun izin sama orang tuaku kalau aku mau turun
kuliah untuk beberapa hari ini, karena aku mau bertemu dengan teman-temanku dan
juga Rudi untuk yang terakhir kalinya aku bisa becanda bersama mereka semua.
Saatku menuruni mobil ternyata
ada Rudi yang sedang duduk di salah satu tempat duduk yang berada di taman kampusku,
akupun menghampirinya, walaupun dia merasa kecewa terhadap sikapku yang hampir
4 bulan ini aku selalu menghindarinya. Aku menghampiri rudi karena aku ingin
minta maaf dan mengatakan putus secara langsung terhadapnya walaupun hatiku
sakit mengatakannya tapi itu harus aku ucapkan.
Setelahku ucapkan kata putus
kepadanya, kepalaku mulai terasa sakit sekali dan akupun pingsan di pelukannya,
akupun langsung di larikan kerumah sakit, di situlah umurku takpanjang lagi.
Saatku membuka mataku untuk
yang terakhir kalinya, aku dikelilingi orang terdekatku mama, papa, bibik setiaku
dan juga rudi, saatku diberi kesempatan menatap satu-persatu muka mereka, aku
mengucapkan satu kalimat untuk mereka “Aku minta maaf ma, pa, bik, dan Rudi aku
minta maaf karena selama ini aku nggak pernah ngasih tau kamu tentang
penyakitku ini kepadamu”, setelahku ucapkan kata maaf itu, matakupun mulai
tertutup untuk selama-lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar