BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa Indonesia adalah salah satu
bangsa yang majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku atau etnik yang
tersebar di tanah air. Tiap etnik mempunyai bahasa masing-masing yang
dipergunakan dalam komunikasi baik sesama etnis maupun antaretnik. Bahasa
merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya sangat penting
sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia
serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan
hidupnya. Jadi, bahasa senantiasa perlu dibina, dikembangkan, dilestarikan
sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. Bahasa Ibu atau bahasa daerah tak
yang tak kalah pentingnya juga dengan bahasa Indonesia.
“Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer
yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,
dan mengidentifikasi diri”. Itu merupakan tuturan yang telah dikemukakan
Kridalaksana (1983, dan juga dalam Djoko Kentjono 1982). Masalah lain yang
berkenaan dengan pengertian bahasa adalah bilamana sebuah tuturan disebut
bahasa, yang berbeda dengan yang lainnya dan bilamana hanya hanya dianggap
sebagai variasi dari suatu bahasa. Oleh karena itu, meskipun bahasa itu tidak
pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak
disertai bahasa, tetapi karena rumitnya menentukan suatu bahasa atau bukan,
hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada
angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini. Begitu juga dengan
jumlah bahasa yang ada di Indonesia.
Bahasa daerah merupakan bahasa yang
digunakan untuk berkomunikasi di dalam lingkungan suku. Bahasa daerah dianggap
sebagai suatu bagian kekayaan kebudayaan Indonesia yang harus dipelihara dan
dilestarikan, karena bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting : (1)
sebagai lambang daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) sarana penghubung
antar keluarga, dan (sarana perkembangan serta pendukung kebudayaan daerah.
Oleh karena itu, usaha pengembangan dan pembinaan bahasa daerah perlu di
tingkatkan agar peranan bahasa daerah dalam masyarakat Indonesia tetap
bertahan, termasuk bahasa jawa di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru RT.2 kabupaten
Tarakan Provinsi Kalimantan Timur.
Bahasa
daerah yang saya teliti ini adalah bahasa Jawa setandar yang digunakan di
Kampung 6 Jl. Gn. Semeru RT.2 kabupaten Tarakan Provinsi Kalimantan Timur.
Bahasa setandar ini bahasa yang sering digunakan sehari-hari kepada sesama
masyarakat yang bersuku Jawa. Saya memilih judul “Dialektologi Bahasa Jawa Setandar di Kampung 6 Jl.
Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan” sebab di daerah kampong 6 penduduknya sebagian
besar pendatang dari berbagai pulau jawa, ada yang dari Jawa Timur, Jawa Barat,
dan Jawa Tengah, oleh sebab itu penelitian saya berjudul Dialektologi Bahasa
Jawa Setandar.
Bahasa Jawa merupakan alat
komunikasi masyarakat Suku Jawa. Dalam kehidupan masyarakat tersebut, dapat
ditemukan adanya pemakaian Bahasa Jawa secara tertulis sebagai sarana
komunikasi. Namun, yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
pemakaian Bahasa Jawa secara lisan (Nurhayati dan Mulyani, 2006:1).
Berdasarkan uraian di
atas, penulis sebagai generasi muda Suku Jawa merasa tertarik untuk meneliti Dialektologi
Bahasa Jawa khususnya di Kampung 6 Jl.
Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan. Oleh karena itu, proposal
penelitian ini diberi judul Dialektologi
Bahasa Jawa Setandar Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas peneliti mengangkat judul dialektologi Bahasa Jawa
Setandar yang digunakan di Jl. Gunung
Semeru Rt. 2 Tarakan.
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas memiliki tujuan, agar para pembaca mampu mengetahui
bahasa jawa setandar yang di gunakan Jl.
Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan. Khususnya untuk para pembaca yang di luar dari
Suku Jawa.
D.
Manfaat
Penelitian
Sebagai pengetahuan
bagi masyarakat lain atau suku lain yang berada di Kalimantan Timur.
E.
Sistematika
Penulisan
Penulisan ini disusun dengan
memakai sistematika sebagai berikut:
BAB
I Pendahuluan meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
BAB
II Landasan Teori: meliputi pengertian dialektologi,
linguistik, bahasa, variasi bahasa Jawa.
BAB
III Metode penelitian, meliputi subjek penelitian, jenis penelitian, data
penelitian, sampel (sumber data), teknik pengumpulan data, teknik analisis data
dan waktu dan tempat penelitian.
BAB
IV Analisis data dan hasil penelitian,
meliputi penyajian data, analisis data dan hasil penelitian tentang dialek yang
digunakan oleh masyarakat kampong 6 jl. Gn. Semeru Tarakan.
BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Dialektologi
Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi
serta bahasa, hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi
bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana dalam Chaer dan
Agustina, 2004:3). Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi
bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur
ini saling berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu
masyarakat (Fishman dalam Chaer dan Agustina, 2004:3). Sedangkan, menurut J. A
Fishman, Sosiolinguistik adalah bidang ilmu yang meneliti interaksi antara dua
aspek tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku
sosial.
Dialektologi merupakan ilmu tentang dialek; atau cabang dari linguistik
yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai
struktur yang utuh (Kridalaksana, 2001:42). Dialektologi disebut pula variasi
bahasa berdasarkan geografi, serta ilmu yang membanding-bandingkan
bahasa-bahasa yang masih serumpun untuk mencari titik persamaan dan titik
perbedaanya (Pateda, 1988: 51).
Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (KBBI
Edisi Empat). Bahasa juga merupakan salah satu ciri paling khas yang
membedakannya dari makhluk-makhluk lain.
Pada saat Seseorang berkomunikasi dengan oranng lain, tentunya ia akan
berusaha memahami respon yang diberikan. Kemudia ia akan mereaksi dengan
pikiran dan perasaan. Perilaku ini terus menerus dibentuk oleh respon internal
dalam dirinya sendiri terhadap sesuatu yang dilihat dan disimak. Artinya, hanya
dengan memperhatikan orang lain ia akan mempunyai gagasan tentang apa yang
hendak ia katakan atau ia lakukan sebagai respon terhadap orang lain itu. Tentunya
komunikasi akan merespon perilakunya dengan cara yang sama.
Seseorang akan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa, yang
didalamnya berupa kata-kata dengan kualitas suara, badan, isyarat dan raut muka
(ekspresi). Dengan demikian, komunikasi menyangkut suatu pesan yang mengalir
dari satu orang ke orang lain dengan menggunakan bahsa, baik bahsa lisan, bahsa
tubuh, atau bahasa lain yang pada dasarnya menyampaikan suatu pesan kepada
orang lain.
B.
Tingkat
Tutur Dalam Bahasa Jawa
1.
Tingkat Tutur Ngoko
Tingkat tutur ngoko merupakan ciri khas
bahasa Jawa. Tingkat tutur ini digunakan oleh semua penutur tanpa melihat
status seseorang. Penggunaan tingkat tutur ngoko ini bertujuan untuk keakraban
tanpa mengurangi rasa hormat kepada seseorang. Tingkat tutur ngoko ini
menunjukkan kesederajatan para penutur. Dengan kata lain tingkat tutur ngoko
bersifat egaliter (bersifat sama / sederajat).
2.
Tingkat Tutur Krama
Tingkat tutur krama adalah tingkat yang
mencerminkan arti penuh sopan santun. Tingkat ini menandakan adanya perasaan
segan seseorang terhadap orang lain, karena orang lain tersebut merupakan orang
yang belum dikenal, atau berpangkat atau priyayi, berwibawa, dan lain-lain.
Dengan kata lain, tingkat tutur krama digunakan untuk menunjukkan rasa hormat
kepada diri orang yang ditunjuk. Tidak semua penutur menguasai tingkat tutur
ini dengan baik. Hanya penutur tertentu yang mempu menggunakannya. Pengguna
tingkat tutur krama biasanya orang-orang yang berpendidikan atau yang mempunyai
jabatan-jabatan tertentu, seperti guru, kepala desa, para pamong, ketua RT, dan
ulama. Tingkat tutur krama biasanya digunakan pada forum-forum resmi, seperti
upacara pernikahan, upacara kematian, dan rapat RT.
3.
Tingkat Tutur Madya
Tingkat tutur madya adalah tingkat tutur
menengah antara krama dan ngoko. Hal ini digunakan untuk menunjukkan perasaan
sopan yang sedang-sedang saja. Tingkat tutur ini banyak sekali digunakan oleh
penutur. Selain bertujuan untuk keakraban juga untuk memberikan rasa hormat
terhadap orang yang diajak bicara. Pembentukan tingkat tutur ini ditandai oleh
penggunaan kata-kata yang tidak lengkap dan kata tugas.
Bahasa yang sering digunakan dalam
penutur kampung 6 Jl. Gn. Semeru Rt. 2 Tarakan adalah tingkat tutur ngoko,
karena dimana masyarakat yang tinggal di Kampung 6 adalah kebanyakan
transmigrasi, jadi bahasa yang meraka gunakan bahasa yang setandar di jumpai di
bahasa Jawa yang lainnya.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Subjek
Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian atau pokok pokok
bahasan pada proposal penelitian ini adalah dialektologi bahasa jawa setandar
yang digunakan di masyarakat kampong 6
Jl. Gn. Semeru RT. 2 Tarakan.
B.
Jenis
Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian lapangan. Karena
peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai
dengan masalah penelitian di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru Rt. 2 Tarakan.
C.
Data
Penelitian
Data
adalah keterangan yang benar dan nyata yang berhubungan dengan nilai budaya dan
dapat dijadikan dasar kajian. Data yang digunakan dalam penelitian adalah, data
primer, yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari objeknya.
D.
Sampel
(sumber data)
Sampel
(sumber data) yang digunakan penulis adalah sumber buku, internet dan sumber
yang di ambil dari masyarakat yang ber suku jawa di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru
Rt.2 Tarakan.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah (1) observasi, (2)
perekaman dan (3) pencatatan . Teknik observasi dipandang efektif untuk
mencatat fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Observasi dilakukan
peneliti secara bertahap. Tahap pertama peneliti mencari tempat dimana beberapa
masyarakat jombang berkumpul setelah itu mendengarkan mereka berdialog. Langkah
selanjutnya ialah merekam dialog yang dilakukan oleh beberapa masyarakat,
dengan menggunakan alat perekam berupa hand phone, disamping merekam peneliti
juga mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan idiolek yang ada dalam percakapan tersebut. Setelah
itu data yang berupa rekaman tersebut ditranskripsikan kedalam tulisan
sekaligus mentabulasi sesuai dengan kategori yang masuk dalam struktur kalimat
sekaligus melihat konteks percakapannya.
F. Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data dilakukan dengan cara :
1. Merekam dialog yang dilakukan oleh beberapa
masyarakat
2. Mentranskripsi rekaman ke bentuk tertulis
3. Melakukan pencatatan yang sesuai dengan tujuan
penelitian serta mengelompokkannya
4. Menafsirkan
seluruh data yang telah dikelompokkan dan mengidentifikasi untuk menemukan
kepaduan, kesatuan dan hubungan antara data sehingga diperoleh pemahaman yang
utuh tentang bahasa yang di pakai.
5. Menganalisis struktur kalimat dari masyarakat.
G.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini membutuhkan waktu kurang
lebih 3 bulan. Adapun perincian waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1.
Pada bulan Mei-Juni 2013 dilakukan
persiapan observasi, pengumpulan data
dan pengolahan data.
2.
Pada bulan JuliAgustusi 2013 dilakukan
penyusunan hasil dan skripsi.
Chair,Abdul.2007.Linguistik
Umum. Jakarta.Rineka Cipta.
Departemen
Pendidikan Nasional.KBBI Edisi Empat.2012.Jakarta.Gramedia
Pustaka Utama.