we

zwani.com myspace graphic comments
www.TwitterBackgrounds.org
SELAMAT DATANG DI BLOG NUR SETYA WATY

Kamis, 16 Januari 2014

Proposal Penelitian Suku Jawa

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
             Bahasa Indonesia adalah salah satu bangsa yang majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku atau etnik yang tersebar di tanah air. Tiap etnik mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi baik sesama etnis maupun antaretnik. Bahasa merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya. Jadi, bahasa senantiasa perlu dibina, dikembangkan, dilestarikan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. Bahasa Ibu atau bahasa daerah tak yang tak kalah pentingnya juga dengan bahasa Indonesia.
            “Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Itu merupakan tuturan yang telah dikemukakan Kridalaksana (1983, dan juga dalam Djoko Kentjono 1982). Masalah lain yang berkenaan dengan pengertian bahasa adalah bilamana sebuah tuturan disebut bahasa, yang berbeda dengan yang lainnya dan bilamana hanya hanya dianggap sebagai variasi dari suatu bahasa. Oleh karena itu, meskipun bahasa itu tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena rumitnya menentukan suatu bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini. Begitu juga dengan jumlah bahasa yang ada di Indonesia.
              Bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi di dalam lingkungan suku. Bahasa daerah dianggap sebagai suatu bagian kekayaan kebudayaan Indonesia yang harus dipelihara dan dilestarikan, karena bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting : (1) sebagai lambang daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) sarana penghubung antar keluarga, dan (sarana perkembangan serta pendukung kebudayaan daerah. Oleh karena itu, usaha pengembangan dan pembinaan bahasa daerah perlu di tingkatkan agar peranan bahasa daerah dalam masyarakat Indonesia tetap bertahan, termasuk bahasa jawa di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru RT.2 kabupaten Tarakan Provinsi Kalimantan Timur.
Bahasa daerah yang saya teliti ini adalah bahasa Jawa setandar yang digunakan di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru RT.2 kabupaten Tarakan Provinsi Kalimantan Timur. Bahasa setandar ini bahasa yang sering digunakan sehari-hari kepada sesama masyarakat yang bersuku Jawa. Saya memilih judul “Dialektologi Bahasa Jawa Setandar di Kampung 6 Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan” sebab di daerah kampong 6 penduduknya sebagian besar pendatang dari berbagai pulau jawa, ada yang dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, oleh sebab itu penelitian saya berjudul Dialektologi Bahasa Jawa Setandar.
Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi masyarakat Suku Jawa. Dalam kehidupan masyarakat tersebut, dapat ditemukan adanya pemakaian Bahasa Jawa secara tertulis sebagai sarana komunikasi. Namun, yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah pemakaian Bahasa Jawa secara lisan (Nurhayati dan Mulyani, 2006:1).
Berdasarkan uraian di atas, penulis sebagai generasi muda Suku Jawa merasa tertarik untuk meneliti Dialektologi Bahasa Jawa khususnya di Kampung 6 Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan. Oleh karena itu, proposal penelitian ini diberi judul Dialektologi Bahasa Jawa Setandar Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengangkat judul dialektologi Bahasa Jawa Setandar yang digunakan di Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan.

C.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas memiliki tujuan, agar para pembaca mampu mengetahui bahasa jawa setandar yang di gunakan Jl. Gunung Semeru Rt. 2 Tarakan. Khususnya untuk para pembaca yang di luar dari Suku Jawa.

D.     Manfaat Penelitian
Sebagai pengetahuan bagi masyarakat lain atau suku lain yang berada di Kalimantan Timur.

E.     Sistematika Penulisan
Penulisan ini disusun dengan memakai sistematika sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan  penelitian dan manfaat penelitian.
BAB II  Landasan Teori: meliputi pengertian dialektologi, linguistik, bahasa,  variasi bahasa Jawa.
BAB III Metode penelitian, meliputi subjek penelitian, jenis penelitian, data penelitian, sampel (sumber data), teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan waktu dan tempat penelitian.
BAB IV  Analisis data dan hasil penelitian, meliputi penyajian data, analisis data dan hasil penelitian tentang dialek yang digunakan oleh masyarakat kampong 6 jl. Gn. Semeru Tarakan.
BAB V    Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
      LAMPIRAN





BAB II
LANDASAN TEORI



A.    Dialektologi
Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi serta bahasa, hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana dalam Chaer dan Agustina, 2004:3). Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur ini saling berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat (Fishman dalam Chaer dan Agustina, 2004:3). Sedangkan, menurut J. A Fishman, Sosiolinguistik adalah bidang ilmu yang meneliti interaksi antara dua aspek tingkah laku manusia: penggunaan bahasa dan organisasi tingkah laku sosial.
Dialektologi merupakan ilmu tentang dialek; atau cabang dari linguistik yang mempelajari variasi-variasi bahasa dengan memperlakukannya sebagai struktur yang utuh (Kridalaksana, 2001:42). Dialektologi disebut pula variasi bahasa berdasarkan geografi, serta ilmu yang membanding-bandingkan bahasa-bahasa yang masih serumpun untuk mencari titik persamaan dan titik perbedaanya (Pateda, 1988: 51).
Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (KBBI Edisi Empat). Bahasa juga merupakan salah satu ciri paling khas yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain. 
Pada saat Seseorang berkomunikasi dengan oranng lain, tentunya ia akan berusaha memahami respon yang diberikan. Kemudia ia akan mereaksi dengan pikiran dan perasaan. Perilaku ini terus menerus dibentuk oleh respon internal dalam dirinya sendiri terhadap sesuatu yang dilihat dan disimak. Artinya, hanya dengan memperhatikan orang lain ia akan mempunyai gagasan tentang apa yang hendak ia katakan atau ia lakukan sebagai respon terhadap orang lain itu. Tentunya komunikasi akan merespon perilakunya dengan cara yang sama.
Seseorang akan melakukan komunikasi dengan menggunakan bahasa, yang didalamnya berupa kata-kata dengan kualitas suara, badan, isyarat dan raut muka (ekspresi). Dengan demikian, komunikasi menyangkut suatu pesan yang mengalir dari satu orang ke orang lain dengan menggunakan bahsa, baik bahsa lisan, bahsa tubuh, atau bahasa lain yang pada dasarnya menyampaikan suatu pesan kepada orang lain.  

B.     Tingkat Tutur Dalam Bahasa Jawa
1.      Tingkat Tutur Ngoko
Tingkat tutur ngoko merupakan ciri khas bahasa Jawa. Tingkat tutur ini digunakan oleh semua penutur tanpa melihat status seseorang. Penggunaan tingkat tutur ngoko ini bertujuan untuk keakraban tanpa mengurangi rasa hormat kepada seseorang. Tingkat tutur ngoko ini menunjukkan kesederajatan para penutur. Dengan kata lain tingkat tutur ngoko bersifat egaliter (bersifat sama / sederajat).

2.      Tingkat Tutur Krama
Tingkat tutur krama adalah tingkat yang mencerminkan arti penuh sopan santun. Tingkat ini menandakan adanya perasaan segan seseorang terhadap orang lain, karena orang lain tersebut merupakan orang yang belum dikenal, atau berpangkat atau priyayi, berwibawa, dan lain-lain. Dengan kata lain, tingkat tutur krama digunakan untuk menunjukkan rasa hormat kepada diri orang yang ditunjuk. Tidak semua penutur menguasai tingkat tutur ini dengan baik. Hanya penutur tertentu yang mempu menggunakannya. Pengguna tingkat tutur krama biasanya orang-orang yang berpendidikan atau yang mempunyai jabatan-jabatan tertentu, seperti guru, kepala desa, para pamong, ketua RT, dan ulama. Tingkat tutur krama biasanya digunakan pada forum-forum resmi, seperti upacara pernikahan, upacara kematian, dan rapat RT.

3.      Tingkat Tutur Madya
Tingkat tutur madya adalah tingkat tutur menengah antara krama dan ngoko. Hal ini digunakan untuk menunjukkan perasaan sopan yang sedang-sedang saja. Tingkat tutur ini banyak sekali digunakan oleh penutur. Selain bertujuan untuk keakraban juga untuk memberikan rasa hormat terhadap orang yang diajak bicara. Pembentukan tingkat tutur ini ditandai oleh penggunaan kata-kata yang tidak lengkap dan kata tugas.

Bahasa yang sering digunakan dalam penutur kampung 6 Jl. Gn. Semeru Rt. 2 Tarakan adalah tingkat tutur ngoko, karena dimana masyarakat yang tinggal di Kampung 6 adalah kebanyakan transmigrasi, jadi bahasa yang meraka gunakan bahasa yang setandar di jumpai di bahasa Jawa yang lainnya.





BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian atau pokok pokok bahasan pada proposal penelitian ini adalah dialektologi bahasa jawa setandar yang digunakan di masyarakat  kampong 6 Jl. Gn. Semeru RT. 2 Tarakan.

B.     Jenis Penelitian 
            Penelitian ini tergolong penelitian lapangan. Karena peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan masalah penelitian di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru Rt. 2 Tarakan.

C.    Data Penelitian
              Data adalah keterangan yang benar dan nyata yang berhubungan dengan nilai budaya dan dapat dijadikan dasar kajian. Data yang digunakan dalam penelitian adalah, data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari objeknya.

D.    Sampel (sumber data)
        Sampel (sumber data) yang digunakan penulis adalah sumber buku, internet dan sumber yang di ambil dari masyarakat yang ber suku jawa di Kampung 6 Jl. Gn. Semeru Rt.2 Tarakan.
E.     Teknik Pengumpulan Data
                         Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah (1) observasi, (2) perekaman dan (3) pencatatan . Teknik observasi dipandang efektif untuk mencatat fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan. Observasi dilakukan peneliti secara bertahap. Tahap pertama peneliti mencari tempat dimana beberapa masyarakat jombang berkumpul setelah itu mendengarkan mereka berdialog. Langkah selanjutnya ialah merekam dialog yang dilakukan oleh beberapa masyarakat, dengan menggunakan alat perekam berupa hand phone, disamping merekam peneliti juga mencatat hal-hal penting yang berhubungan dengan idiolek  yang ada dalam percakapan tersebut. Setelah itu data yang berupa rekaman tersebut ditranskripsikan kedalam tulisan sekaligus mentabulasi sesuai dengan kategori yang masuk dalam struktur kalimat sekaligus melihat konteks percakapannya.

F.     Teknik Analisis Data
            Teknik analisis data dilakukan dengan cara :
1.   Merekam dialog yang dilakukan oleh beberapa masyarakat
2.   Mentranskripsi rekaman ke bentuk tertulis
3.   Melakukan pencatatan yang sesuai dengan tujuan penelitian serta mengelompokkannya
4.    Menafsirkan seluruh data yang telah dikelompokkan dan mengidentifikasi untuk menemukan kepaduan, kesatuan dan hubungan antara data sehingga diperoleh pemahaman yang utuh tentang bahasa yang di pakai.
5.   Menganalisis struktur kalimat dari masyarakat.

G.    Waktu Penelitian
     Penelitian ini membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan. Adapun perincian waktu pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1.   Pada bulan Mei-Juni 2013 dilakukan persiapan observasi, pengumpulan data  dan  pengolahan data.
2.   Pada bulan JuliAgustusi 2013 dilakukan penyusunan hasil dan skripsi.





 DAFTAR PUSTKA

Chair,Abdul.2007.Linguistik Umum. Jakarta.Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional.KBBI Edisi Empat.2012.Jakarta.Gramedia Pustaka Utama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar