we

zwani.com myspace graphic comments
www.TwitterBackgrounds.org
SELAMAT DATANG DI BLOG NUR SETYA WATY

Minggu, 17 November 2013

wacana berdasarkan bentuk dan media



BAB 1
PENDAHULUAN

  1. Latar belakang
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, baik  lisan maupun tulisan. Wacana dapat pula diartikan sebagai komunikasi pikiran dengan kata-kata dan  komunikasi secara umum. Wacana bertalian dengan tataran yang beruntun yang diucapkan oleh seorang penutur kepada lawan tutur untuk menyampaikan pesan. Wacana di hasilkan oleh proses komunikasi yang berkesinambungan. Dengan demikian, wacana itu ada karena tindakan tutur atau tindakan perbuatan bahasa.
Dilihat dari posisinya dalam tataran bahasa, wacana merupakan wujud pemakaian bahasa yang melampaui kalimat. Dari sudut keutuhannya, wacana adalah satuan lingual gramatikal wacanalah yang tertinggi atau terbesar. Wacana biasanya terselesaikan dalam karangan yang utuh ( novel, buku, ensiklopedia dan lain-lain ).
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai batasan wacana diatas pengertian wacana adalah satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan atau keruntutan antar bagian (kohesi), keterpaduan (koheren), dan bermakna (meaningful), digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Berdasarkan pengertian tersebut, persyaratan terbentuknya wacana adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran. Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent)
Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis sehingga menunjukkan keruntutan ide yang diungkapkan.

B.     Rumusan masalah
Ada beberapa perumusan masalah yang terdiri dari :
1)      Apakah Pengertian wacana menurut para ahli ?
2)      Apa saja klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya ?
3)      Apa saja klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran ?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas kuliah dari dosen, kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan wacana, klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya dan klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajarannya.

D.    Manfaat
1.      Agar para pembaca mampu mengerti dan memahami pengertian wacana menurut beberapa para ahli.
2.      Agar para pembaca mengetahui klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya.
3.      Agar para pembaca mengetahui klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran.



BAB II
LANDASAN TEORI

A.           Definisi wacana
Menurut Henry Guntur Tarigan dalam Novi,wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat. Memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Selain itu ada pula pendapat James Deese dalam Azwar,  wacana adalah seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu pengutaraan wacana. Sumarlam, dkk ( 2009:15)
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait ) dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu

B.     Definisi Bentuk
Bentuk merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta bidang yang ditempati oleh objek tersebut yaitu ditentukan oleh batas-batas terluarnya namun tidak tergantung pada lokasi(koordinat) dan orientasi(rotasi)-nya terhadap bidang semesta yang ditempati
            Seorang ahli matematika dan statistik dari Inggris, David George Kendall mendefinisikan bentuk sebagai berikut : Bentuk merupakan seluruh informasi geometris yang tidak akan berubah ketika parameter lokasi, skala dan rotasinya diubah.
C.     Definisi Media
     Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim kepenerima pesan                ( pengertian secara umum )
     Menurut Briggs (1977 ) media adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi.
     Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin ( 1980 ) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide sehingga ide  atau gagasan itu sampai pada penerima
Menurut Gagne (1970 ) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis     komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar
Sedangkan Asosiasi Tehknologi dan Komunikasi ( Association of education and comunication technologi /AECT ) di Amerika memberi batasan yaitu media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menjalurkan pesan atau informasi.




BAB III
PEMBAHASAN

A.           Klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya
Klasifikasi wacana berdasarkan bentuk menurut Mulyana (2005) adalah sebagai berikut.
a.       Wacana Naratif
Wacana naratif adalah bentuk wacana yang banyak dipergunakan untuk menceritakan suatu kisah (Mulyana, 2005:48). Uraiannya cenderung ringkas, bagian-bagian yang dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang. Bentuk wacana naratif umumnya dimulai dengan alenia pembuka isi, dan diakhiri oleh alenia penutup.
b.      Wacana Prosedural
Wacana prosedural adalah rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik unsure-unsurnya karena urgensi unsur terdahulu menjadi landasan unsure yang berikutnya (Sumarlam, 2003: 20). Wacana prosedural digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus dilaksanakan (Mulyana, 2005: 48). Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan kegiatan tertentu itu berhasil dengan baik.
c.       Wacana Ekspositori
Wacana ekspositori adalah rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran (Sumarlam, 2003: 21).  Wacana ekspositori bersifat menjelaskan sesuatu secara informati (Mulyana, 2005:49). Bahasa yang digunakan cenderung denotative dan rasional. Termasuk dalam wacana ini adalah ceramah ilmiah, artikel dimedia massa.
d.      Wacana Hartatori
Wacana hartatori digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik terhadap pendapat yang dikemukakan (Mulyana, 2005: 49). Sifatnya persuasif, tujuannya ialah mencari pengikut atau penganut agar bersedia melakukan, atau paling tidak menyetujui, pada hal yang disampaikan dalam wacana tersebut. Contoh wacana semacam ini adalah pidato politik, iklan, atau sejenisnya.
e.       Wacana Dramatik
Wacana dramatik adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat mungkin menghindari atau meminimalkan sifat narasi didalamnya (Mulyana, 2005: 50). Contoh teks dramatik adalah scenario film/sinetron, pentas, wayang orang ketoprak, sandiwara, dan sejenisnya.
f.       Wacana Epistoleri
Wacana epistoleri biasa dipergunakan dalam surat-menyurat (Mulyana, 2005: 50). Pada umumnya memiliki bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi kebiasaan atau aturan. Secara keseluruhan, bagian wacana ini diawali oleh alenia pembuka, dilanjutkan bagian isi, dan diakhiri alenia penutup.
g.      Wacana Seremonial
Wacana seremonial adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial (upacara). karena erat kaitanya dengan konteks situasi dan kondisi yang terjadi dalam seremoni, maka wacana ini tidak digunakan disembarang waktu (Mulyana, 2005: 50). Inilah bentuk wacana yang dinilai khas dan khusus dalam Bahasa Jawa. Wacana ini umumnya tercipta karena tersedianya konteks sosio-kultural yang melatarbelakanginya. Secara keseluruhan, teks wacana seremonial terdiri dari alenia pembuka, dilanjutkan bagian isi, dan diakhiri penutup. Contoh wacana ini adalah pidato, dalam upacara peringatan hari-hari besar, upacara pernikahan (Jawa: tanggan wacana manten).


B.            Klasifikasi wacana berdasarkan media penyampaiannya
Wacana berdasarkan media penyampaiannya dibedakan menjadi dua yaitu wacana lisan dan wacana tulis.
1.      Wacana tulis
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:52) wacana tulis adalah wacana yang disampaikan secara tertulis, melalui media tulis.
Menurut Mulyana(2005:51-52) wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengertahuan atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia.
Wacana tulis sering dipertukarkan maknanya dengan teks atau naskah. Namun untuk kepentingan bidang kajian wacana yang tampaknya terus berusaha menjadi disiplin ilmu yang mandiri. Kedua istilah tersebut kurang mendapat tempat dalam kajian wacana. Apalagi istilah teks atau naskah tampaknya hanya berorientasi pada huruf sedangkan gambar tidak termasuk didalamnya. Padahal gambar atau lukisan dapat dimasukkan pula kedalam jenis wacana tulis(gambar). Sebagaimana dikatakan Harimurti Kridaklasana(2005:52) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan suatu gramatikal tertinggi dan terbesar. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraph atau karangan yang utuh     ( novel, buku, ensiklopedia dan lain-lain ) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup jelas berorientasi pada jenis wacana tulis
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:7-8) wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud antara lain :
a.       Sebuah teks atau bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh, misalnya sepucuk surat, sekelumit cerita, sepenggal uraian  ilmiah.
b.      Sebuah alinea merupakan wacana apabila teks hanya teks hanya terdiri atas sebuah alinea, dapat diaanggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi yang utuh.
c.       Sebuah wacana ( khusus bahasa Indonesia) mungkin dapat dibentuk oleh sebuah kalimat majemuk dengan subordinasi dan koordinasi atau system ellipsis.

2.      Wacana lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:55) wacana lisan (spoken discourse) adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan melalui media lisan. Untuk menerima dan memahami wacana  lisan maka sang penerima atau pesapa harus menyimak dan mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi komunikasi secara langsung  antara pembicara dengan pendengar.
Willis Edmonsond (dalam Mulyana 2005: 52), dalam bukunya Spoken Discourse (wacana lisan) secara tidak langsung menyebut bahwa wacana lisan memiliki kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa kelebihan di antaranya ialah:
a.         Bersifat alami (natural) dan langsung
b.         Mengandung unsur-unsur prosodi bahasa (lagu, intonasi)
c.         Memiliki sifat suprasentensial (di atas struktur kalimat)
d.        Berlatar belakang konteks situasional
Bila dicermati dengan sungguh-sungguh, kelebihan-kelebihan tersebut ada dasarnya memang sudah menjadi sifat dan wacana lisan. Sebab di sekeliling wacana lisan, memeng sudah tersedia sejumlah aspek nonlinguistik yang benar-benar tidak tampak secara eksplisit, tetapi ada dan sangat berpengaruh terhadap makna dan keutuhan wacana  itu sendiri.
Menurut T. Fatimah Djajasudarma (1994:7-8) wacana dengan media komunikasi lisan dapat berwujud antara lain :
a.    Sebuah percakapan atau dialog yang lengkap dari awal sampai akhir, misalnya obrolan di warung kopi
b.    Satu penggalan ikatan percakapan ( rangkaian percakapan yang lengkap, biasanya memuat: gambaran situasi, maksud, rangkaian penggunaan bahasa











BAB IV
PENUTUP


A.    Simpulan
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, baik  lisan maupun tulisan. Wacana dapat pula diartikan sebagai komunikasi pikiran dengan kata-kata dan  komunikasi secara umum. Wacana bertalian dengan tataran yang beruntun yang diucapkan oleh seorang penutur kepada lawan tutur untuk menyampaikan pesan. Wacana di hasilkan oleh proses komunikasi yang berkesinambungan. Dengan demikian, wacana itu ada karena tindakan tutur atau tindakan perbuatan bahasa.
Klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya dibagi menjadi 7 yaitu, wacana naratif, wacana prosedural, wacana ekspositori, wacana hortatori, wacana dramatik, wacana epistoleri, dan wacana seremonial.
Klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu, wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis adalah wacana yang disampaikan melalui tulisan sedangkan wacana lisan adalah wacana yang disampaikan secara lisan.

B.     Saran 
Setelah menguraikan permasalahan diatas mengenai bentuk dan media penyampaian wacana, penulis berharap makalah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca.tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi pembaca. Pembaca dapat mempergunakannya untuk menambah wawasan dan pengetahuan.3


DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar