BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Wacana
merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, baik lisan maupun tulisan. Wacana dapat pula
diartikan sebagai komunikasi pikiran dengan kata-kata dan komunikasi secara umum. Wacana bertalian dengan
tataran yang beruntun yang diucapkan oleh seorang penutur kepada lawan tutur untuk
menyampaikan pesan. Wacana di hasilkan oleh proses komunikasi yang
berkesinambungan. Dengan demikian, wacana itu ada karena tindakan tutur atau
tindakan perbuatan bahasa.
Dilihat
dari posisinya dalam tataran bahasa, wacana merupakan wujud pemakaian bahasa
yang melampaui kalimat. Dari sudut keutuhannya, wacana adalah satuan lingual
gramatikal wacanalah yang tertinggi atau terbesar. Wacana biasanya
terselesaikan dalam karangan yang utuh ( novel, buku, ensiklopedia dan
lain-lain ).
Berdasarkan
beberapa pendapat mengenai batasan wacana diatas pengertian wacana adalah
satuan bahasa lisan maupun tulis yang memiliki keterkaitan atau keruntutan antar
bagian (kohesi), keterpaduan (koheren), dan bermakna (meaningful), digunakan
untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Berdasarkan pengertian tersebut,
persyaratan terbentuknya wacana adalah penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian
kalimat atau rangkaian ujaran. Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran
harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan
kepaduan (coherent)
Wacana
dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik
yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya
disusun secara teratur dan sistematis sehingga menunjukkan keruntutan ide yang
diungkapkan.
B. Rumusan masalah
Ada beberapa perumusan
masalah yang terdiri dari :
1) Apakah
Pengertian wacana menurut para ahli ?
2) Apa
saja klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya ?
3) Apa
saja klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran ?
C. Tujuan
Adapun
tujuan dan manfaat penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas kuliah dari
dosen, kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan wacana, klasifikasi
wacana berdasarkan bentuknya dan klasifikasi wacana berdasarkan media
pembelajarannya.
D. Manfaat
1. Agar
para pembaca mampu mengerti dan memahami pengertian wacana menurut beberapa
para ahli.
2. Agar
para pembaca mengetahui klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya.
3. Agar
para pembaca mengetahui klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A.
Definisi wacana
Menurut Henry Guntur Tarigan dalam Novi,wacana adalah satuan
bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat. Memiliki
kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas,
berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
Selain itu ada pula pendapat James
Deese dalam Azwar, wacana adalah
seperangkat proposisi yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa
kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau kepaduan itu
sendiri harus muncul dari isi wacana, tetapi banyak sekali rasa kepaduan yang
dirasakan oleh penyimak atau pembaca harus muncul dari cara pengutaraan, yaitu
pengutaraan wacana. Sumarlam,
dkk ( 2009:15)
Wacana
adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato,
ceramah, khotbah dan dialog, atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku,
surat dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi
bentuk bersifat kohesif, saling terkait ) dan dari struktur batinnya (dari segi
makna) bersifat koheren, terpadu
B. Definisi
Bentuk
Bentuk merupakan penjabaran geometris dari bagian semesta
bidang yang ditempati oleh objek tersebut yaitu ditentukan oleh batas-batas
terluarnya namun tidak tergantung pada lokasi(koordinat) dan
orientasi(rotasi)-nya terhadap bidang semesta yang ditempati
Seorang ahli matematika dan
statistik dari Inggris, David George Kendall mendefinisikan bentuk sebagai
berikut : Bentuk merupakan seluruh informasi geometris
yang tidak akan berubah ketika parameter lokasi, skala dan rotasinya diubah.
C.
Definisi Media
Media berasal dari bahasa latin merupakan
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari
pengirim kepenerima pesan ( pengertian
secara umum )
Menurut Briggs (1977 ) media adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi atau materi.
Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir
Achsin ( 1980 ) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar
ide sehingga ide atau gagasan itu sampai
pada penerima
Menurut Gagne (1970 ) menyatakan bahwa
media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar
Sedangkan Asosiasi Tehknologi dan
Komunikasi ( Association of education and comunication technologi /AECT ) di
Amerika memberi batasan yaitu media sebagai segala bentuk dan saluran yang
digunakan orang untuk menjalurkan pesan atau informasi.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Klasifikasi
wacana berdasarkan bentuknya
Klasifikasi
wacana berdasarkan bentuk menurut Mulyana (2005) adalah sebagai berikut.
a. Wacana Naratif
Wacana
naratif adalah bentuk wacana yang banyak dipergunakan untuk menceritakan suatu
kisah (Mulyana, 2005:48). Uraiannya cenderung ringkas, bagian-bagian yang
dianggap penting sering diberi tekanan atau diulang. Bentuk wacana naratif
umumnya dimulai dengan alenia pembuka isi, dan diakhiri oleh alenia penutup.
b. Wacana Prosedural
Wacana
prosedural adalah rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan
yang tidak boleh dibolak-balik unsure-unsurnya karena urgensi unsur terdahulu
menjadi landasan unsure yang berikutnya (Sumarlam, 2003: 20). Wacana prosedural
digunakan untuk memberikan petunjuk atau keterangan bagaimana sesuatu harus
dilaksanakan (Mulyana, 2005: 48). Oleh karena itu, kalimat-kalimatnya berisi
persyaratan atau aturan tertentu agar tujuan kegiatan tertentu itu berhasil
dengan baik.
c. Wacana Ekspositori
Wacana
ekspositori adalah rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok
pikiran (Sumarlam, 2003: 21). Wacana
ekspositori bersifat menjelaskan sesuatu secara informati (Mulyana, 2005:49).
Bahasa yang digunakan cenderung denotative dan rasional. Termasuk dalam wacana
ini adalah ceramah ilmiah, artikel dimedia massa.
d. Wacana Hartatori
Wacana
hartatori digunakan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca agar tertarik
terhadap pendapat yang dikemukakan (Mulyana, 2005: 49). Sifatnya persuasif,
tujuannya ialah mencari pengikut atau penganut agar bersedia melakukan, atau
paling tidak menyetujui, pada hal yang disampaikan dalam wacana tersebut.
Contoh wacana semacam ini adalah pidato politik, iklan, atau sejenisnya.
e. Wacana Dramatik
Wacana
dramatik adalah bentuk wacana yang berisi percakapan antar penutur. Sedapat
mungkin menghindari atau meminimalkan sifat narasi didalamnya (Mulyana, 2005:
50). Contoh teks dramatik adalah scenario film/sinetron, pentas, wayang orang
ketoprak, sandiwara, dan sejenisnya.
f. Wacana Epistoleri
Wacana
epistoleri biasa dipergunakan dalam surat-menyurat (Mulyana, 2005: 50). Pada
umumnya memiliki bentuk dan sistem tertentu yang sudah menjadi kebiasaan atau
aturan. Secara keseluruhan, bagian wacana ini diawali oleh alenia pembuka,
dilanjutkan bagian isi, dan diakhiri alenia penutup.
g. Wacana Seremonial
Wacana
seremonial adalah bentuk wacana yang digunakan dalam kesempatan seremonial (upacara).
karena erat kaitanya dengan konteks situasi dan kondisi yang terjadi dalam
seremoni, maka wacana ini tidak digunakan disembarang waktu (Mulyana, 2005:
50). Inilah bentuk wacana yang dinilai khas dan khusus dalam Bahasa Jawa.
Wacana ini umumnya tercipta karena tersedianya konteks sosio-kultural yang
melatarbelakanginya. Secara keseluruhan, teks wacana seremonial terdiri dari
alenia pembuka, dilanjutkan bagian isi, dan diakhiri penutup. Contoh wacana ini
adalah pidato, dalam upacara peringatan hari-hari besar, upacara pernikahan
(Jawa: tanggan wacana manten).
B.
Klasifikasi
wacana berdasarkan media penyampaiannya
Wacana berdasarkan media
penyampaiannya dibedakan menjadi dua yaitu wacana lisan dan wacana tulis.
1.
Wacana
tulis
Menurut
Henry Guntur Tarigan (1987:52) wacana tulis adalah wacana yang disampaikan
secara tertulis, melalui media tulis.
Menurut
Mulyana(2005:51-52) wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui
tulisan. Berbagai bentuk wacana sebenarnya dapat dipresentasikan atau direalisasikan
melalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat
efektif dan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu
pengertahuan atau apapun yang dapat mewakili kreativitas manusia.
Wacana
tulis sering dipertukarkan maknanya dengan teks atau naskah. Namun untuk
kepentingan bidang kajian wacana yang tampaknya terus berusaha menjadi disiplin
ilmu yang mandiri. Kedua istilah tersebut kurang mendapat tempat dalam kajian
wacana. Apalagi istilah teks atau naskah tampaknya hanya berorientasi pada
huruf sedangkan gambar tidak termasuk didalamnya. Padahal gambar atau lukisan
dapat dimasukkan pula kedalam jenis wacana tulis(gambar). Sebagaimana dikatakan
Harimurti Kridaklasana(2005:52) wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap,
yang dalam hirarki kebahasaan merupakan suatu gramatikal tertinggi dan
terbesar. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraph
atau karangan yang utuh ( novel,
buku, ensiklopedia dan lain-lain ) yang membawa amanat yang lengkap dan cukup
jelas berorientasi pada jenis wacana tulis
Menurut
T. Fatimah Djajasudarma (1994:7-8) wacana dengan media komunikasi tulis dapat
berwujud antara lain :
a. Sebuah
teks atau bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang
mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh, misalnya sepucuk surat,
sekelumit cerita, sepenggal uraian ilmiah.
b. Sebuah
alinea merupakan wacana apabila teks hanya teks hanya terdiri atas sebuah
alinea, dapat diaanggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi yang
utuh.
c. Sebuah
wacana ( khusus bahasa Indonesia) mungkin dapat dibentuk oleh sebuah kalimat
majemuk dengan subordinasi dan koordinasi atau system ellipsis.
2.
Wacana
lisan
Menurut Henry Guntur Tarigan (1987:55) wacana lisan (spoken discourse) adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa
lisan melalui media lisan. Untuk menerima dan memahami wacana lisan maka sang penerima atau pesapa harus
menyimak dan mendengarkannya. Di dalam wacana lisan terjadi komunikasi secara
langsung antara pembicara dengan
pendengar.
Willis
Edmonsond (dalam Mulyana 2005: 52), dalam bukunya Spoken Discourse (wacana lisan) secara tidak langsung menyebut
bahwa wacana lisan memiliki kelebihan dibanding wacana tulis. Beberapa
kelebihan di antaranya ialah:
a.
Bersifat alami (natural) dan
langsung
b.
Mengandung unsur-unsur prosodi
bahasa (lagu, intonasi)
c.
Memiliki sifat suprasentensial (di
atas struktur kalimat)
d.
Berlatar belakang konteks
situasional
Bila dicermati dengan
sungguh-sungguh, kelebihan-kelebihan tersebut ada dasarnya memang sudah menjadi
sifat dan wacana lisan. Sebab di sekeliling wacana lisan, memeng sudah tersedia
sejumlah aspek nonlinguistik yang benar-benar tidak tampak secara eksplisit,
tetapi ada dan sangat berpengaruh terhadap makna dan keutuhan wacana itu sendiri.
Menurut
T. Fatimah Djajasudarma (1994:7-8) wacana dengan media komunikasi lisan dapat
berwujud antara lain :
a. Sebuah
percakapan atau dialog yang lengkap dari awal sampai akhir, misalnya obrolan di
warung kopi
b. Satu
penggalan ikatan percakapan ( rangkaian percakapan yang lengkap, biasanya
memuat: gambaran situasi, maksud, rangkaian penggunaan bahasa
BAB
IV
PENUTUP
A. Simpulan
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh
tentang peristiwa komunikasi, baik lisan
maupun tulisan. Wacana dapat pula diartikan sebagai komunikasi pikiran dengan
kata-kata dan komunikasi secara umum.
Wacana bertalian dengan tataran yang beruntun yang diucapkan oleh seorang
penutur kepada lawan tutur untuk menyampaikan pesan. Wacana di hasilkan oleh
proses komunikasi yang berkesinambungan. Dengan demikian, wacana itu ada karena
tindakan tutur atau tindakan perbuatan bahasa.
Klasifikasi wacana berdasarkan bentuknya dibagi
menjadi 7 yaitu, wacana naratif, wacana prosedural, wacana ekspositori, wacana
hortatori, wacana dramatik, wacana epistoleri, dan wacana seremonial.
Klasifikasi wacana berdasarkan media pembelajaran
dibagi menjadi dua yaitu, wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis adalah
wacana yang disampaikan melalui tulisan sedangkan wacana lisan adalah wacana
yang disampaikan secara lisan.
B.
Saran
Setelah menguraikan
permasalahan diatas mengenai bentuk dan media penyampaian wacana, penulis
berharap makalah ini bermanfaat dan berguna bagi pembaca.tidak hanya berguna bagi
penulis tetapi juga berguna bagi pembaca. Pembaca dapat mempergunakannya untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.3
DAFTAR
PUSTAKA